Gereja Tepi Sungai: Membangun Teologi Air di Tengah Tantangan Krisis Ekologis Perkotaan
| Stok | Pre Order |
| Kategori | Flora, Gereja, Teologi |
Gereja Tepi Sungai: Membangun Teologi Air di Tengah Tantangan Krisis Ekologis Perkotaan
Gereja Tepi Sungai: Membangun Teologi Air di Tengah Tantangan Krisis Ekologis Perkotaan
Gereja Tepi Sungai, awalnya bukan identitas yang membanggakan. Justru terkesan nyinyiran alias ejekan. Membuat minder! Faktanya, masyarakat perkotaan jarang yang mau tinggal di sekitar sungai. Kecuali, terpaksa! Katanya takut kebajiran, rawan longsor, bau sampah, dan sumber ragam penyakit. Umumnya, rumah-rumah di perkotaan pun dibangun membelakangi sungai. Sedapat mungkin sungai dijauhi, bila perlu dihilangkan keberadaannya. Sebab sungai dianggap tidak mendatangkan manfaat sebaliknya penuh risiko, mengandung dan mengundang bencana. Cara pandang tersebut rasanya juga dimiliki sebagian warga jemaat GKJ Bambu Kuning, tidak hanya pada awal proses pembangunan gedung gereja, namun hingga kini. Tidak mudah mengubah cara pandang buruk tentang sungai, karena sesehari mereka berhadapan dengan problematika krisis air di Kota Bekasi. Namun demikian, seiring gerak waktu, melalui percakapan formal dan infomal, yang disengaja maupun tidak, mulai terbangun kesadaran akan konteks di mana gereja berada. “Gereja Tepi Sungai”, kini menjadi identitas yang membanggakan sekaligus menggerakkan. Tercantum jelas dan tegas di rumusan visi-misi gereja dan dihidupi terus-menerus dalam gerak langkah, aksi konkrit, melalui program dan kegiatan. Gereja tidak mau lagi bersembunyi dan membelakangi sungai, justru mengarahkan pandangannya, memeluk, merengkuh, dan menyahabati sungai.
Penulis : Kukuh Purwidhianto
Dimensi : 148 x 210 mm
Tebal : xxiv + 140 halaman
Tahun Terbit : 2024
ISBN : 978-623-8276-42-4
Gereja Tepi Sungai: Membangun Teologi Air di Tengah Tantangan Krisis Ekologis Perkotaan
| Berat | 100 gram |
| Kondisi | Baru |
| Dilihat | 131 kali |
| Diskusi | Belum ada komentar |
Politik Ketakutan dan Harapan: Refleksi Kritis dalam Bingkai Teologi Publik bagi Masyarakat Multiagama Indonesia untuk Melawan Rasa Takut Kolektif dan Polarisasi
Politik Ketakutan dan Harapan: Refleksi Kritis dalam Bingkai Teologi Publik bagi Masyarakat Multiagama Indonesia untuk Melawan Rasa Takut Kolektif dan Polarisasi Timor non est in caritate. Demikian kata Yohanes selaku penginjil persahabatan, artinya: “Di dalam kasih tidak ada ketakutan” (1Yoh. 4:18). Lawan dari kasih tampaknya bukan kebencian, namun ketakutan. Namun demikian, lewat telikung berbeda, Danang…
*Harga Hubungi CSTeologi Disabilitas
Teologi Disabilitas Salah satu hal yang perlu untuk terus dipergumulkan dan didiskusikan adalah sikap kita dalam kebersamaan pelayanan bersama para penyandang disabilitas. Sikap yang harus diusahakan adalah bagaimana menghayati Yesus Kristus yang mengajarkan untuk jangan mencari kesalahan atau penghakiman dan menolak para penyandang disabilitas, namun justru kita harus membangun kasih dan persaudaraan kepada saudara kita…
*Harga Hubungi CSMenerawang Perjuangan: Refleksi atas Perjuangan Manusia dalam Jebakan Realitas Sosial yang Tidak Menguntungkan
Menerawang Perjuangan: Refleksi atas Perjuangan Manusia dalam Jebakan Realitas Sosial yang Tidak Menguntungkan Teologi adalah sains tentang relasi manusia kepada Tuhan; sosiologi adalah sains tentang hubungan manusia kepada manusia lain,” demikian tulis E. Guy Talbott dalam artikel “The Relation between Theology and Sociology.”[1] Dari kutipan tersebut, muncul pemahaman bahwa kedua sains tersebut, sosiologi dan teologi,…
*Harga Hubungi CSMencari Raut Berteologi Lembaga
Mencari Raut Berteologi Lembaga Buku ini lahir dari sebuah harapan besar untuk dapat memotret sebuah kegelisahan, sekurang-kurangnya seperti apa yang tersirat dari tajuk yang dipilih. Karena pada dasarnya penulis yang menjalani tugas untuk mempelajari sekaligus berproses memasuki hidup pelayanan misi kelembagaan gerejawi, adalah pribadi yang tidak cukup lengkap memiliki pengetahuan dan pengalaman. Maka, langkah demi…
*Harga Hubungi CSPerjalanan 90 Tahun GKI Ngupasan: Menjadi Keluarga Kristus yang “AKRAB” (Apresiatif, Kreatif, Responsif, Akuntabel, dan Bermisi)
Perjalanan 90 Tahun GKI Ngupasan: Menjadi Keluarga Kristus yang “AKRAB” (Apresiatif, Kreatif, Responsif, Akuntabel, dan Bermisi) Hampir kebanyakan orang ketika bicara usia 90 tahun, berkata “wow sudah tua!” Entah kalimat ini mau dipahami positif atau negatif, yang pasti 90 tahun tidak seharusnya hanya menjadi angka yang menunjukkan umur, melainkan menunjukkan pengalaman-pengalaman berharga untuk terus disyukuri…
*Harga Hubungi CSMatuari dan Hospitalitas: Relasi Kristen dan Muslim Kampung Jawa
Matuari dan Hospitalitas: Relasi Kristen dan Muslim Kampung Jawa Buku Matuari dan Hospitalitas: Relasi Kristen dan Muslim Kampung Jawa berisi tentang tradisi Matuari yang menjadi bagian integral nilai kebersamaan di Minahasa. Di Minahasa banyak sekali pepatah dan ungkapan kearifan lokal yang masih hidup, antara lain: “Maesa-esaan, maleos-leosan, mangenang-genangan, malinga-lingaan, masawang-sawangan, matombo-tomboan,” artinya “Saling bersatu, seiya sekata,…
*Harga Hubungi CS
Belum ada komentar, buka diskusi dengan komentar Anda.